Di suatu pagi yang cerah dan segar, beberapa orang
pria di kota Yatsrib berteriak seraya mengatakan bahwa Muhammad dan seorang
sahabatnya hampir tiba di Madinah. Serentak beberapa orang pria dewasa bergerak
menuju jalan yang disusuri oleh Nabi Saw...
Mereka semua bergegas secara berbondong-bondong
berlari menghampiri Nabi Saw dan di antara mereka juga banyak anak dalam usia
belia yang dengan wajah berseri dan hati bahagia pergi menyongsong kedatangan
sang Nabi Saw. Di barisan para anak usia belia tersebut terdapat seorang anak
yang bernama Anas bin Malik Al Anshary.
Tibalah Rasul Saw beserta sahabatnya As Shiddiq.
Mereka berdua tiba dengan sambutan meriah yang diberikan penduduk Madinah yang
penuh sesak terdiri dari para pria dewasa dan anak-anak.
Sedang para ibu dan gadis berada di atap rumah,
memandang dari kejauhan datangnya sang Rasul Saw. Mereka bertanya-tanya: “Yang
mana Rasul.... Yang mana Rasul?” Hari itu menjadi sejarah... Anas masih terus
mengenangnya hingga pada usianya yang lebih dari 100 tahun.
Baru saja Rasulullah Saw hendak tinggal dan menetap
di Madinah; datanglah Al Ghumaisha’ binti Milhan ibunya Anas menghadap Beliau.
Al Ghumaisha’ membawa anaknya yang masih kecil yang diajak untuk menghadap
Rasulullah. Saat itu Anas berambut poni dengan uraian rambut kecil yang
bergerak ke kanan dan ke kiri menutupi keningnya...
Lalu Al Ghumaisha’ memberi salam kepada Nabi Saw
seraya berkata: “Ya Rasulullah... Tidak ada seorang pria dan wanita pun dari
suku Anshar yang menghadapmu kecuali mereka memberikan hadiah kepadamu. Aku
tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan hadiah selain anak ini saja... Ambillah
ia dan jadikanlah ia pembantu sesuka hatimu!”
Nabi Saw gembira mendengarnya dan Beliaupun menerima
Anas dengan wajah yang sumringah. Beliau membelai kepala Anas dengan tangan
Beliau yang mulia. Beliau juga membelai rambut poni Anas dengan jari Beliau
yang lembut. Akhirnya Rasul Saw menerima Anas menjadi anggota keluarganya.
Bersambung.....
Dikutib dari buku:
Kisah Heroik 65 Orang Shahabat Rasulullah SAW,
Karya: Dr. Abdurrahman
Ra'fat al-Basya
0 komentar:
Posting Komentar