Anas atau Unais –sebagaimana penduduk Madinah memanggilnya dengan panggilan manja- saat itu berusia 10 tahun saat ia mulai bahagia dapat membantu Nabi Saw. Ia terus tinggal dalam asuhan Nabi Saw hingga Beliau dipanggil oleh Allah Swt.
Anas mendampingi Nabi Saw selama 10
tahun, dimana ia mendapatkan petunjuk langsung dari Nabi Saw untuk mensucikan
dirinya. Ia juga menerima seluruh hadits Rasulullah sehingga memenuhi ruang
dadanya. Anas juga mengetahui kondisi, cerita, rahasia dan kebiasaan terpuji
Beliau yang jarang diketahui oleh orang lain.
%%%
Anas dalam pergaulannya dengan Nabi
Saw mendapatkan apa yang tidak didapat oleh seorang anak dari ayahnya. Ia juga
menemukan dari keagungan sifat Rasul yang membuat seluruh dunia merasa iri
kepadanya.
Mari kita persilahkan Anas untuk
bercerita tentang beberapa kisah menarik dari pergaulannya dengan Rasul Saw
yang ia dapatkan dalam asuhan Beliau. Ia amat mengetahui hal ini, dan untuk
menceritakannya ia amat berkompeten...
Anas bin Malik berkata: “Rasulullah
Saw adalah manusia yang paling baik akhlaknya, Beliau adalah manusia yang
paling lapang dada dan Beliau adalah manusia yang paling penyayang...
Beliau pernah menyuruhku untuk
membeli sesuatu dan akupun keluar untuk membelinya. Di tengah jalan Aku berniat
untuk bermain bersama para anak-anak di pasar dan aku tidak melakukan apa yang
diperintahkan oleh Rasul kepadaku. Saat aku sudah bertemu dengan anak-anak tadi
aku merasakan ada seorang pria yang berdiri di belakangku, dan ia menarik
bajuku... Aku menoleh ke belakang, ternyata ia adalah Rasulullah Saw. Beliau
tersenyum seraya berujar: “Wahai Unais, apakah kau sudah melakukan apa yang aku
suruh?” Aku menjadi grogi dan berkata: “Baik... aku akan melakukannya sekarang,
Ya Rasulullah....”
Demi Allah, aku sudah membantu Beliau
10 tahun lamanya, namun atas apa yang
aku lakukan sepanjang itu Beliau tidak pernah berkata: “Mengapa kau lakukan
ini?” Dan Beliau tidak pernah berkata atas apa
yang tidak aku kerjakan: “Mengapa kau tidak mengerjakannya?”
%%%
Rasulullah Saw jika memanggil Anas
maka Beliau memanggilnya dengan panggilan manja dan kasih sayang; terkadang
Beliau memanggilnya dengan Unais. Kadang
kala Beliau memanggilnya dengan ‘Anakku’.
Sering kali Rasulullah memberikan
nasehat dan wejangan yang memenuhi relung hati dan sanubari Anas. Salah satunya
adalah nasehat Beliau kepada Anas:
“Anakku, bila kau mampu
berada di pagi dan sore hari tanpa ada dengki
di hatimu pada siapapun, maka lakukanlah...! Anakku,
yang demikian adalah termasuk sunnahku, barang siapa yang menghidupkan sunnahku
maka ia telah
mencintaiku... barang siapa yang mencintaiku maka ia akan
berada di surga bersamaku...Anakku, jika kau masuk ke dalam rumah ucapkanlah
salam karena itu akan membawa
keberkahan bagimu dan juga bagi penghuni rumahmu.”
%%%
Setelah Rasulullah Saw wafat Anas bin
Malik masih hidup lebih dari 80 tahun lamanya; Sepanjang itu ia mengisi ruang
hatinya dengan ilmu dari Rasulullah Saw, dan ia mencoba mengasah otaknya dengan
fikih yang diajarkan oleh Nabi Saw. Dalam masa yang sepanjang itu, Anas telah
banyak menghidupkan hati para sahabat dan tabi’in2 dengan petunjuk dan ajaran Nabi Saw.
Ia juga sering memberitahukan kepada orang lain sabda dan kebiasaan Rasulullah
Saw.
Dalam usia panjang yang dimilikinya
ini, Anas menjadi referensi bagi kaum muslimin saat itu. Mereka akan mengadukan
permasalahan kepadanya setiap kali mereka merasakan kesulitan. Setiap kali
merasa bingung memutuskan suatu persoalan hukum mereka datang kepada Anas dan
percaya atas apa yang ia putuskan.
Salah satunya adalah sebagian orang
yang memperdebatkan masalah agama tentang kebenaran adanya telaga Nabi Saw di
hari kiamat. Mereka bertanya kepada Anas tentang hal tersebut. Anas berujar:
“Aku tidak pernah menduga bahwa aku akan
hidup untuk melihat orang-orang sepertimu yang memperdebatkan masalah telaga
Rasul. Telah banyak wanita-wanita tua sebelumku, dimana setiap kali ia
melakukan shalat pasti ia berdoa kepada Allah agar diberikan air minum dari
telaga Nabi Saw.”
%%%
Anas masih terus hidup dengan
kenangan indah bersama Rasulullah Saw sepanjang umurnya. Ia amat bahagia di
hari saat ia berjumpa dengan Beliau. Begitu terguncang saat berpisah. Ia sering
kali mengulangi pembicaraan tentang hal tersebut... Anas begitu keras untuk
berusaha mencontoh Rasulullah Saw dalam perbuatan dan ucapannya. Ia menyukai
apa yang disukai Nabi Saw, dan membenci apa yang Beliau benci. Hal yang paling
sering ia ingat saat bersama Nabi Saw adalah 2 hari: Hari pada kali pertama ia berjumpa dengan Nabi Saw, dan hari dimana Beliau wafat pada
terakhir kali.
Jika ia mengenang hari pertama ia berjumpa Rasul, ia menjadi gembira dan semangat seolah ia menghirup aroma yang semerbak. Namun bila terbersit dalam benaknya hari yang kedua, ia menjadi sedih dan menangis. Malah ia mampu membuat manusia yang berada di sekelilingnya saat itu menjadi menangis.
Jika ia mengenang hari pertama ia berjumpa Rasul, ia menjadi gembira dan semangat seolah ia menghirup aroma yang semerbak. Namun bila terbersit dalam benaknya hari yang kedua, ia menjadi sedih dan menangis. Malah ia mampu membuat manusia yang berada di sekelilingnya saat itu menjadi menangis.
Sering kali ia berkata: “Aku melihat
Nabi Saw saat Beliau datang kepada kami, dan akupun melihatnya saat Beliau
wafat. Sampai kini aku belum menemukan hari lain seperti kedua hari tersebut.
Pada hari Beliau datang ke Madinah, Beliau mampu menerangi semuanya... dan pada
hari ia hampir melangkah menuju sisi
Tuhannya, maka seolah semuanya menjadi gelap. Kali terakhir aku melihat Beliau
adalah hari Senin di saat tirai kamar Beliau di buka. Aku melihat wajah Beliau
seolah lembaran kertas. Saat itu semua orang berdiri di belakang Abu Bakar
seraya memandang ke arah Beliau. Hampir saja mereka tak kuasa menahan diri.
Lalu Abu Bakar memberi isyarat kepada mereka untuk tenang. Lalu wafatlah
Rasulullah Saw di penghujung hari itu. Kami belum pernah melihat pemandangan
yang lebih menakjubkan hati kami melebihi wajah Beliau saat kami mengubur jasad
Beliau dengan tanah.”
%%%
Rasulullah
Saw sering kali mendo’akan Anas bin Malik.. Salah satu doa Beliau untuknya
adalah: “Allahumma Urzuqhu Maalan wa
Waladan, wa Baarik Lahu (Ya Allah, berikanlah ia harta dan keturunan, dan
berkahilah hidupnya).”
Allah mengabulkan doa Nabi-Nya, dan
Anas menjadi orang dari suku Anshar yang paling banyak hartanya. Ia memiliki
keturunan yang amat banyak, sehingga bila ia melihat anak serta cucunya maka
jumlahnya melebihi 100 orang.
Allah Swt memberikan keberkahan pada
umurnya sehingga ia hidup 1 abad lamanya ditambah 3 tahun lagi.
Anas ra senantiasa berharap syafaat
Nabi Saw untuk dirinya pada hari kiamat. Sering kali ia berucap: “Aku berharap
dapat berjumpa dengan Rasulullah Saw pada hari kiamat sehingga aku dapat berkata
kepada Beliau: “Ya Rasulullah, inilah
pembantu kecilmu, Unais.”
%%%
Ketika
Anas mulai jatuh sakit menjelang kematiannya, ia berujar kepada keluarganya: “Talqinkan aku kalimat La ilaha illahu, Muhammadun Rasulullah.” Ia
terus mengucapkan kalimat tadi hingga ia mati.
Ia berwasiat kepada keluarganya
tentang sebuah tongkat kecil milik Rasulullah Saw agar tongkat tersebut
dikuburkan bersamanya. Maka tongkat itupun diletakkan di sisi tubuh dan
bajunya.
%%%
Selamat kepada Anas bin Malik atas
anugerah kebaikan yang telah Allah
berikan kepadanya. Ia pernah hidup dalam bimbingan Rasulullah Saw 10 tahun lamanya. Ia juga termasuk perawi
hadits Rasul terbanyak pada urutan ketiga setelah Abu Hurairah dan Abdullah bin
Umar. Semoga Allah Swt membalas kebaikan dirinya dan ibunya yang bernama Al
Ghumaisha atas jasa baik yang mereka lakukan terhadap Islam dan kaum muslimin.
Untuk mengenal lebih dekat profil Anas bin Malik dapat merujuk ke:
1.
Al
Ishabah 1/71
atau profil hal 277
2.
Al
Isti’ab (Hamisy Al Ishabah) 1/71
3.
Tahdzhib Al Tahdzhib: 1/376.
4.
Al Jam’u
baina Al Rijal
Al Shahihin: 1/35
5.
Usudul Ghabah: 1/258
6.
Shifatus Shafwah: 1/298.
7.
Al Ma’arif: 133
8.
Al Ibar:
1/107
9.
Sirah Bathal:
107
10.
Tarikh Al Islam Al Dzahaby: 3/329
11. Ibnu Asakir: 3/139
12.
Al Jarh
wa Al Ta’dil: bagian 1 jilid 1/286
Dikutib dari buku:
Kisah Heroik 65 Orang Shahabat Rasulullah SAW,
Karya: Dr. Abdurrahman
Ra'fat al-Basya
0 komentar:
Posting Komentar